"Kejatuhan harga komoditi itu memberikan dampak 700,000 anggota koperasi termasuk 650,000 pekebun kecil kelapa sawit," ujar Presiden Angkatan Koperasi Kebangsaan Malaysia Berhad (Angkasa), Datuk Abdul Fattah Abdullah kepada media setempat, Minggu.
Menurutnya, kenaikan harga baja yang dipercayai akibat kejatuhan mata uang ringgit juga memperburuk keadaan pekebun kecil kelapa sawit ketika harga komoditi tersebut terus jatuh.
"Kejatuhan harga sawit ini merugikan 650,000 anggota koperasi yang mempunyai kebun sawit kecil dan kira-kira 50,000 anggota koperasi yang menjadi anggota dalam koperasi terkait sawit," katanya.
Akibatnya, ujar dia, pendapatan pekebun kecil berkurang dan memberikan dampak kepada perolehan koperasi berkaitan kelapa sawit yang akhirnya akan mengurangkan dividen yang diterima anggota.
"Trend kejatuhan harga kelapa sawit pada saat ini menimbulkan keresahan dalam di kalangan masyarakat Felda (perusahaan pemerintah Malaysi) dan juga pekebun kecil apalagi dilaporkan ada yang hanya memperoleh pendapatan sebanyak RM280 sebulan," katanya.
Abdul Fattah mengusulkan tindakan segera seperti mewujudkan mekanisma jaminan harga (GMP) bagi memastikan pekebun kecil tidak terus terbeban.
Dia berharap pasaran sawit di negara ini dapat diperluaskan lagi dan tidak tergantung pasaran tertentu seperti negara China saja.
Pada Mei 2018 harga sawit mencapai RM2.350 per satu metrik ton, April RM2.418 per satu metrik ton, Maret RM2.427 per satu metrik ton, Februasi RM2.488 per satu metrik ton dan Januari RM2.498 per satu metrik ton.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 Response to "Kejatuhan harga sawit berdampak buruk pada koperasi di Malaysia"
Posting Komentar