Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa mata uang rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS, sentimen mengenai perang dagang dikhawatirkan dapat membebani pertumbuhan ekonomi global sehingga pelaku pasar cenderung menghindari mata uang berisiko.
"Meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat-Tiongkok membuat aset mata uang negara berkembang kurang diminati," katanya.
Ia mengemukakan bahwa setelah Tiongkok memberlakukan tarif tambahan pada beberapa produk AS, Presiden AS Donald Trump pun memberikan sinyal balasan yang akan memberikan kenaikan tarif impor teknologi.
"Di tengah situasi itu membuat rupiah akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah," katanya.
Meski demikian, lanjut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas menyusul masih adanya penjagaan dari Bank Indonesia agar bergerak sesuai dengan fundamental ekonomi.
Ia menambahkan bahwa data inflasi Maret yang stabil juga akan turut menjaga pergerakan nilai tukar rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2018 terjadi inflasi sebesar 0,20 persen, dengan demikian tingkat inflasi tahun kalender (Januari?Maret) 2018 sebesar 0,99 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2018 terhadap Maret 2017) sebesar 3,40 persen.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (3/4) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.765 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.750 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 Response to "Rupiah Selasa sore melemah ke Rp13.753"
Posting Komentar