"Gejolak nilai tukar rupiah sudah lampur merah. Dalam transaksi perdagangan siang ini sudah menyentuh Rp14.902/dolar AS, melanjutkan level terendah sejak krisis 1998," ujar Abra saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Menurut Abra, pemerintah dan Bank Indonesia harus mampu menjaga kepercayaan pasar bahwa upaya penyelamatan rupiah yang sedang dilakukan pemerintah dilakukan secara struktural dan berdimensi jangka panjang.
Selain mengancam para spekulan valas, lanjut Abra, pemerintah mestinya juga memberi contoh dengan mendorong para pejabat dan BUMN untuk menukarkan sebagian aset dolarnya ke rupiah.
"Jadi tidak hanya mendesak eksportir untuk menukarkan Devisa Hasil Ekspor atau DHE ke Rupiah," kata Abra.
Abra menuturkan, ajakan penukaran rupiah tersebut penting guna menciptakan stabilitas psikologis masyarakat.
"Hal yang paling dikhawatirkan ialah kalau sampai gejolak rupiah saat ini menciptakan sentimen negatif yang semakin membesar menjadi kecemasan massal," ujar Abra.
Selain itu, Abra menambahkan, aneka upaya memperbaiki defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) juga mesti disampaikan secara baik kepada investor.
"Jangan sampai rencana kenaikan PPh barang impor dibaca sebagai bentuk proteksi yang berlebihan sehingga justru memantik tindakan balasan atau retaliasi dari para mitra dagang," kata Abra.
Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar Rupiah pada Selasa mencapai Rp14.840 per dolar, melemah dibandingkan hari sebelumnya Rp14.767 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah, OJK pastikan perbankan tetap aman
Baca juga: Dampak gejolak Turki-Argentina, rupiah melemah jadi Rp14.815
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2018
0 Response to "Pelemahan rupiah sudah "lampu merah", kata ekonom"
Posting Komentar